BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peran
TIK dalam bidang ekonomi sangat tidak mungkin untuk dihindari. Dalam dunia
ekonomi, teknologi pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan zaman. Dalam bidang
ekonomi, peranan teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan.
Perekonomian suatu negara dapat dilihat
dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di negara tersebut.
Semakin tinggi perkembangan teknologi informasi maka semakin tinggi pula
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Namun perkembangan teknologi informasi ini
juga memiliki sisi negatif, dimana banyak penyalahgunaan teknologi dalam
melakukan tindak kriminal.
Dalam perekonomian suatu negara, teknologi
informasi mulai dirasa mempunyai peran yang penting dalam perekonomian suatu
negara karena dengan berkembangnya teknologi informasi, perekonomian suatu negara
mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa
berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Saat
sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi, berbagai aplikasi tercipta untuk
memfasilitasinya.
Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti
halnyainvestasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber‐sumber daya untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem informasi juga membutuhkan sumber‐sumber daya.
Sebagai hasilnya, sistem informasi akan memberikan manfaat‐manfaat yang dapat berupa penghematan‐penghematan atau manfaat‐manfaat yang baru.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang
dimaksud Paradoks Produktifitas?
1.2.2 Bagaimana
mengevaluasi biaya dan manfaat investasi ICT ?
1.2.3 Apa
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi ICT ?
1.2.4 Apa saja
aspek ekonomi dalam ICT ?
1.3
Tujuan Pembahasan
1.3.1 Untuk
mengetahui maksud Paradoks Produktifitas.
1.3.2 Untuk mengevaluasi
biaya dan manfaat investasi ICT.
1.3.3 Untuk
mengetahui metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi ICT.
1.3.4 Untuk
mengetahui aspek ekonomi dalam ICT.
BAB II
EKONOMI DAN ICT
2.1
Paradoks Produktifitas
Teknologi Informasi (TI) atau sistem informasi
(SI) merupakan suatu teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun
mengolah informasi yang diharapkan membawa perubahan yang sangat mendasar bagi
organisasi baik swasta maupun organisasi publik. Menurut Brown, DeHayes,
Hoffer, Martin, dan Perkins (2012), sistem informasi adalah sistem kerja yang
terdiri dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi,
sumber data yang mengumpulkan, menyimpan, menampilkan informasi, dan mendukung
satu atau lebih sistem kerja yang lain dalam suatu perusahaan.
Penerapan teknologi informasi yang tepat akan menentukan
daya saing dan kemampuan suatu perusahaan sebagai upaya meningkatkan kinerja bisnis di masa
mendatang. Menurut Ward dan Peppard (2002), ada tiga sasaran utama dari upaya
penerapan SI/TI dalam suatu organisasi, yaitu memperbaiki efisiensi kerja
dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informasi, meningkatkan
keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan informasi guna pengambilan keputusan,
dan memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi
dengan merubah gaya dan cara berbisnis.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penerapan TI cukup
besar, serta diperlukan dukungan SDM yang terampil dan terlatih. Permasalahan
yang mendasar sebenarnya terletak pada masih banyaknya SDM di Indonesia yang
belum aware dengan TI, padahal perusahaan sudah terlanjur mengeluarkan dana
yang sangat besar untuk mendirikan infrastruktur TI. Hal inilah yang
mengakibatkan mulai muncul isu tentang ‘paradoks produktivitas’ pada TI. Roach
(1994) dalam Brynjolfsson & Yan (1996) mengemukakan bahwa permasalahan
penerapan TI, yaitu terjadinya paradoks produktivitas, ditambahkan oleh Ward
and Peppard (2002) bahwa permasalahan paradoks produktivitas terjadi karena
investasi TI masih belum berhasil memberikan manfaat yang diharapkan oleh
organisasi. Jadi paradoks produktivitas dapat muncul ketika suatu perusahaan
atau organisasi sudah mengeluarkan budget atau investasi besar untuk penerapan
TI tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas atau hasil yang
diperoleh.
Arti Paradoks Produktivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996),
‘paradoks’ merupakan sebuah kata benda yang
berarti pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan
pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataanya mengandung kebenaran.
Sedangkan ‘produktivitas’ memiliki arti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu.
Jadi secara harfiah dapat diartikan bahwa paradoks produktivitas adalah suatu
fenomena ketidakseimbangan antara besar investasi yang dikeluarkan dengan
peningkatan output produk/layanan secara signifikan.
Sebab Munculnya Paradoks Produktivitas:
1. Investasi TI oleh suatu organisasi seringkali tidak
dimanfaatkan dengan baik dan benar.
2. Masih terjadi ketidak-efisienan aktivitas lain yang
tidak dapat dikomputerisasikan.
3. Masih diperlukan waktu yang relatif cukup
panjang untuk mempelajari dan terbiasa dengan TI hingga mencapai level yang
mencukupi guna mendukung produktivitas.
4. Produktivitas dalam layanan TI yang ditunjukkan oleh
output layanan dan peningkatan kualitas yang sifatnya intangible memang masih
sulit diukur
TI bukan satu-satunya alat yang dengan otomatis dapat
memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan atau organisasi, tetapi
TI merupakan salah satu alat yang dapat
membantu mempercepat suatu proses. Pernyataan mengenai terjadinya “paradoks
produktivitas” pada penerapan TI harus didasarkan kepada data-data yang akurat
dan lengkap untuk membuktikan kebenaran bahwa TI dapat mendukung perkembangan
perusahaan atau organisasi atau justru menyebabkan kemunduran dalam bidang
produktivitas.
2.2 Evaluasi biaya dan manfaat investasi ICT.
Investasi
dalam bidang Sistem Informasi(SI)/Teknologi Informasi (TI) seperti halnya investasi
proyek lainnya, mengeluarkan biaya/sumber-sumber daya
untuk mendapatkan manfaat di masa datang. Investasi SI/TI seringkali dianggap sebagai suatu biaya yang harus dikeluarkan,
tanpa mereka mengerti manfaat apa saja yang akan mereka terima. Sedangkan
Investasi terhadap suatu sistem aplikasi
terus dilakukan, karena perusahaan melihat bahwa ada hubungan antar
biaya TI dengan performa ekonomi dari perusahaan. Biaya lebih mudah diidentifikasikan dan dihitung dibandingkan manfaat, khususnya
untuk manfaat yang sifatnya tidak nyata (intangible).
Penerapan teknologi informasi merupakan sebuah investasi
yang bukan bernilai kecil, ada harga yang harus dibayar
untuk mendapatkan manfaat
dimasa datang. Investasi teknologi informasi yang telah mengeluarkan
biaya cukup besar tersebut, yaitu memiliki manfaat yang tidak nyata (intangible benefit) lebih banyak dari pada manfaat yang
nyata (tangible benefit).
Bagaimana kita bisa menilai sebuah investasi teknologi informasi membawa manfaat dan keuntungan bagi sebuah lembaga atau perusahaan. Apakah penerapan teknologi informasi tersebut efektif
dan efisien penggunaannya dalam manajemen maupun operasionalnya. Apakah penerapan teknologi informasi tersebut benar-benar membantu proses bisnis inti perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan
menjalankan kegiatan bisnisnya dengan efektif
dan efisien tanpa resiko yang
dapat menghabiskan sumber daya perusahaan yang cukup besar.
Keuntungan dari pengembangan sistem informasi tidak semuanya mudah
diukur secara langsung dengan nilai uang, seperti misalnya keuntungan pelayanan
kepada pelanggan yang lebih baik. Keuntungan yang suliit diukur langsung dengan
nilai uang ini selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka
dapat menafsir efektifitasnya.
Secara umum investasi TI bermanfaat untuk
menekan biaya-biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktifitas dan
menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik. Investasi TI juga merupakan keputusan yang
diambil oleh organisasi untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya
yang nyata dari TI dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu
atau mencapai nilai dari apa yang diharapkan.
Efektivitas investasi teknologi informasi adalah mengukur sejauh
mana pencapaian tujuan investasi di bidang perangkat keras dan piranti lunak
dalam suatu perusahaan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.
2.3 Metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi ICT
Dalam sub bab ini akan dijelaskan
mengenai beberapa metode atau teknik untuk mengevaluasi investasi teknologi
informasi yang meliputi:
1. Return on Investmen (RoI)
2. Cost Benefit Analysis (CBA)
3. Multi-Objective- Multi-Criteria Methods (MOMC)
4. Boundary Values
5. Return-On-Management (ROM)
6. Information Economics (IE)
7. Critical Success Factors (CSF)
1. RETURN ON
INVESTMEN (ROI)
RoI (singkatan bahasa Inggris: return on investment) atau
RoR (singkatan bahasa Inggris: rate of return) dalam bahasa Indonesia disebut
laba atas investasi , adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang
pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah
uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi.
Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset, modal, pokok, basis biaya investasi.
ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal.
Pendekatan ROI ini terdiri dari sejumlah
teknik pendekatan formal. Contoh yang paling sederhana dari ROI adalah payback
method dimana dicoba dihitung durasi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
investasi yang telah dialokasikan. Namun sebagian kalangan menganggap
pendekatan ini terlampau sederhana. Mereka lebih suka menggunakan metode ROI
dimana dicoba diperhitungkan nilai atau value atau manfaat investasi yang akan
diperoleh di masa depan dan “memproyeksikan” besaran nilai tersebut pada saat
ini (ketika investasi dilakukan). Metode yang paling banyak dipilih adalah
dengan menggunakan Internal Rate of Return (IRR) yang biasanya digunakan
bersama dengan Net Present Value (NPV).
2. COST BENEFIT
ANALYSIS (CBA)
Cost-benefit analysis (CBA) (analisis biaya manfaat) menjelaskan keputusan tentang pengeluaran dan penerimaan
untuk penyelenggaraan keputusan investasi modal dalam proyek sosial yang
menyangkut kepentingan publik akan dilaksanakan dan diteruskan untuk waktu yang
akan datang.
CBA biasanya menjadi bahasan dalam analisis
investasi akan tetapi prinsip dasar topik ini juga menjadi bagian dari teori
ekonomi mikro terutama untuk masalah investasi periode waktu jamak (multiperiod
problems of capital investment). Keputusan CBA meliputi arus keluar dana (fund
ouflows) dan arus masuk dana (fund inflows) dan bagaimana dana itu dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan.
Metode CBA adalah pendekatan yang mencoba
untuk menentukan atau menghitung nilai dari setiap elemen teknologi informasi
yang memiliki kontribusi terhadap biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang
diperoleh. Pada mulanya, metode ini lahir untuk
mengantisipasi banyaknya elemen terkait,seperti manfaat
dengan teknologi informasi yang tidak memiliki nilai pasar atau harga yang
jelas. Kekuatan utama dari metode ini adalah karena telah berhasilnya manajemen
dalam mengkuantifikasikan biaya dan manfaat yang bersifat kualitatif maupun
intangible. Sementara kelemahan utama dari metode ini menurut kejadian yang
sudah-sudah adalah sering terjadi perselisihan atau perdebatan dalam menentukan
teknik yang sesuai dalam mencari value elemen yang nilainya tidak jelas
tersebut.
3. MULTI-OBJECTIVE-
MULTI-CRITERIA METHODS (MOMC)
Salah satu variasi dari CBA yang cukup banyak
dipergunakan adalah MOMC. Metode ini berkembang berpijak pada kenyataan bahwa
di dalam sebuah perusahaan terdapat sejumlah stakeholders yang masing-masing
memiliki pandangan berbeda mengenai value dari biaya maupun manfaat dari
sejumlah aspek atau elemen teknologi informasi. Dalam kerangka ini, ada ukuran
yang dipandang lebih penting dibandingkan dengan nilai uang, yaitu utility.
Setiap proyek teknologi informasi pasti memiliki obyektif
yang ingin dicapai, dan tidak jarang ditemui terdapat lebih dari satu obyektif
yang menjadi target. Karena setiap stakeholder sebagai pengambil
keputusan memiliki pandangan atau perspektif yang berbeda terhadap obyektif
tersebut, maka masing-masing pihak berhak untuk melakukan pembobotan (fungsi
utilitas) terhadap sejumlah obyektif yang ada (misalnya dilihat dari sisi
prioritas atau dampak signifikan dari investasi yang akan dilakukan). Setelah
itu barulah nilai value yang telah disetarakan dengan biaya maupun manfaat yang
ada dikalikan dengan masing-masing bobot tersebut untuk memperoleh hasil akhir.
Pendekatan ini selain cocok dipergunakan untuk investasi
proyek dengan multi obyektif, sangat tepat dipergunakan untuk meredam konflik
yang terjadi antara beberapa orang yang tidak sepakat dengan value maupun
manfaat dari teknologi informasi yang akan dikembangkan. Kelebihan lain adalah
dimungkinkannya pula dipergunakan metode MOMC ini jika ternyata terdapat lebih
dari satu jenis proyek investasi dengan ragam obyektif maupun biaya/manfaat
terkait. Untuk membantu manajemen dalam melakukan perhitungan ini, banyak
sekali dijual di pasaran berbagai jenis perangkat lunak (software) yang dapat
dipergunakan
4. BOUNDARY VALUES
Boundary Values merupakan salah satu cara yang cukup
banyak digemari karena kemudahan dan kesederhanaannya. Prinsip yang
dipergunakan adalah melakukan komparasi atau perbandingan antara rasio
perusahaan dengan rasio rata-rata industri yang diperoleh dengan cara
menghitung biaya total yang harus dikeluarkan untuk investasi teknologi
informasi dibandingkan dengan sebuah ukuran agregrat tertentu, seperti total
pendapatan (revenue) atau total pengeluaran operasional (operating expenses).
Jika rasio perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industri
sejenis, maka kenaikan biaya investasi dipertimbangkan sebagai hal yang normal
atau seharusnya dilakukan. Sementara jika terjadi sebaliknya, perlu
dipertanyakan kelayakan investasi tersebut.
Sering pula dipergu
nakan variasi
dari ukuran yang ada, misalnya dengan menggunakan rasio biaya teknologi
informasi per karyawan atau perbandingan antara manfaat teknologi informasi
dibagi dengan total pengeluaran untuk pengembangan dan pemeliharaan teknologi
informasi. Hasil perbandingan rasio ini selain dapat dipergunakan untuk mengevaluasi
sebuah investasi, dapat pula diperganakan untuk menilai kinerja efisiensi dari
teknologi informasi perusahaan. Jika rasio pengeluaran lebih besar dibandingkan
industri, berarti perusahaan dipandang kurang efisien dibandingkan dengan para
pesaingnya; sementara jika nilainya lebih kecil, berarti perusahaan memiliki
kinerja teknologi informasi yang sukses dan kompetitif.
5. RETURN ON
MANAGEMEN (ROM)
Metode Return on Managemen (RoM) terkait dengan
penghitungan nilai manfaat terkait dengan terjadinya perubahan kenaikan tingkat
produktivitas manajemen. Cara ini bertujuan untuk melihat dampak
implementasi sebuah sistem baru terhadap nilai tambah di kalangan manajemen
perusahaan. ROM didefinisikan sebagai hasil perhitungan dari total pendapatan
perusahaan dikurangi dengan seluruh biaya dan nilai tambah dari masing-masing
sumber daya, termasuk modal (capital) kecuali biaya
manajemen dan hal terkait dengan manajemen. Sehingga value dari sebuah sistem
baru adalah selisih antara ROM sebelum sistem tersebut diimplementasikan dengan
ROM setelah sistem tersebut diimplementasikan.
Tantangan penggunaan metode ini terletak pada kemampuan
memperkirakan proyek pendapatan dan biaya terkait dengannya di kemudian hari
seandainya sistem tersebut diimplementasikan. Jika estimasi ini berhasil
dilakukan, kinerja metode ROM akan jauh lebih baik dibandingkan dengan metode
ex post evaluation lainnya.
6. INFORMATION
ECONOMICS (IE)
Information Economics (IE) dinilai sebagai satu-satunya
cara yang paling komprehensif dan dinilai dapat menjawab sejumlah faktor dan
karakteristik unik serta berbagai isu dan tantangan yang dihadapi
dalam mengevaluasi proyek investasi teknologi informasi. Dalam
prakteknya, terlihat bahwa metode ini sebenarnya merupakan varian dari CBA,
yang disesuaikan secara khusus untuk menjawab berbagai faktor ketidakpastian
(uncertainties) dan intangible yang kerap ditemukan dalam proyek teknologi
informasi.
Dalam IE, semua hal yang bersifat kuantitatif dan
tangible dapat dengan mudah dikalkulasikan dengan menggunakan metode ROI
konvensional. Namun untuk proses-proses yang bersifat intangible dan memiliki
unsur resiko, diberlakukan sejumlah teknik dengan menggunakan ranking dan
scoring. Hasilnya kemudian dinilai kembali oleh para eksekutif untuk menentukan
nilai relatif dari aspek yang bersifat tangible dan intangible. Singkatnya,
metode ini bertujuan untuk mengidentifikasikan, mengukur, dan me-ranking dampak
ekonomis yang timbul akibat diimplementasikannya sistem baru (perubahan kinerja
organisasi).
Metode ini dikatakan merupakan sebuah teknik CBA yang
diperluas karena adanya tiga proses tambahan yang diberlakukan, yaitu:
Value Linking – yang membahas dampak
konsekuensi dari perubahan utama di berbagai fungsi organisasi akibat
diterapkannya sebuah sistem baru;
Value Acceleration - yang mencoba untuk
mendefinisikan nilai tambah yang akan dinikmati oleh perusahaan seandainya
sistem baru dipergunakan; dan
Job Enrichment - yang menggambarkan hasil evaluasi terhadap nilai tambah lainnya terkait
dengan peningkatan kompetensi dan keahlian dari karyawan perusahaan yang
diperoleh karena diterapkannya sistem baru.
Secara ringkas, IE bertujuan untuk menjembatani aspek
kuantitatif dan kualitatif dari manfaat teknologi informasi, isu tangible dan
intangible, hal-hal yang penuh ketidakpastiaan baik secara strategis maupun
operasional, dan terutama yang berkaitan dengan resiko yang dihadapi.
Kelemahannya adalah bahwa untuk menggunakan metode ini diperlukan keahlian
spesifik karena sifatnya yang kompleks dan cukup memakan waktu.
7. CRITICAL SUCCES
FACTOR (CSF)
Critical Succes Factor (CSF) bersifat sangat strategis
dan generik, namun diminati oleh para pimpinan perusahaan karena relevansinya terhadap
bisnis. Setelah menentukan visi, misi, dan obyektif bisnisnya, biasanya para
pimpinan perusahaan berusaha untuk mengidentifikasikan critical success factors
atau faktor-faktor apa saja yang dipandang sebagai kunci keberhasilan bisnis
perusahaan.
Setelah CSF berhasil didefinisikan, barulah ditelaah satu
per satu, apa saja kontribusi teknologi informasi terhadap masing-masing CSF
tersebut. Jika kontribusi teknologi informasi sangat besar terhadap pencapaian
sebuah CSF, maka seyogiyanya perlu dilakukan investasi terhadapnya. Misalnya
salah satu CSF adalah: “pelayanan prima kepada pelanggan di seluruh dunia” dimana
investasi untuk membangun sebuah sistem Customer Relationship Management (CRM)
menjadi suatu keharusan.
2.4
Aspek Ekonomi dalam ICT
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi
secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.
Dalam
perekonomian suatu negara, teknologi informasi mulai dirasa mempunyai peran
yang penting dalam perekonomian suatu negara karena dengan berkembangnya
teknologi informasi, perekonomian suatu negara mulai memperlihatkan perubahan
yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah dibandingkan
dengan cara yang berkembang sebelumnya.
Saat
sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi, berbagai aplikasi tercipta untuk
memfasilitasinya.
Teknologi yang berkembang pesat, baik teknologi
informasi, komunikasi, maupun transportasi. Sehingga orang dapat berhubungan
melewati batas-batas negara. Lebih lanjut dampak positif teknologi informasi
dan komunikasi di bidang ekonomi adalah :
a. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
b. Terjadinya industrialisasi
c. Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
d. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja
untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan
produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada
aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara
besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi.
Di masa depan, dampak perkembangan teknologi di dunia
industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan segera
muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan
kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara
langsung dan selera individu dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen
tidak perlu pergi ke toko.
Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan
berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang
diperlukan. Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
akan mengalami perubahan yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan
adalah pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang mampu mentransformasikan
pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang
berubah tersebut.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paradoks produktivitas adalah suatu fenomena
ketidakseimbangan antara besar investasi yang dikeluarkan dengan peningkatan
output produk/layanan secara signifikan. TI bukan satu-satunya alat yang dengan
otomatis dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan atau
organisasi, tetapi TI merupakan salah satu
alat yang dapat membantu mempercepat suatu proses. Pernyataan mengenai
terjadinya “paradoks produktivitas” pada penerapan TI harus didasarkan kepada
data-data yang akurat dan lengkap untuk membuktikan kebenaran bahwa TI dapat
mendukung perkembangan perusahaan atau organisasi atau justru menyebabkan
kemunduran dalam bidang produktivitas.
Secara umum investasi TI bermanfaat untuk
menekan biaya-biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktifitas dan
menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik. Investasi TI juga merupakan keputusan yang
diambil oleh organisasi untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang
nyata dari TI dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu atau
mencapai nilai dari apa yang diharapkan.
Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan
produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada
aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara
besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi.
Daftar Pustaka
Indrajit, Eko Richardus. Panduan
Investasi pengembangan Teknologi Informasi perusahaan.2004.
HM, Jogiyanto. Analysis dan Disain Sistem Informasi (Pendekatan
terstruktur). Andi Offset:
Yogyakarta. 2005.
HM,
Jogiyanto. Sistem Teknologi Informasi. Andi Offset: Yogyakarta. 2008
http://www.slideshare.net/idrissss/cio3-teknik-evaluasi-investasi-ti
http://www.wikipedia.org