Sabtu, 03 September 2016

EKONOMI DAN ICT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Peran TIK dalam bidang ekonomi sangat tidak mungkin untuk dihindari. Dalam dunia ekonomi, teknologi pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman.  Dalam bidang ekonomi, peranan teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan.
    Perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di negara tersebut. Semakin tinggi perkembangan teknologi informasi maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Namun perkembangan teknologi informasi ini juga memiliki sisi negatif, dimana banyak penyalahgunaan teknologi dalam melakukan tindak kriminal.
   Dalam perekonomian suatu negara, teknologi informasi mulai dirasa mempunyai peran yang penting dalam perekonomian suatu negara karena dengan berkembangnya teknologi informasi, perekonomian suatu negara mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Saat sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, berbagai aplikasi tercipta untuk memfasilitasinya.
Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti  halnyainvestasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumbersumber daya untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem informasi juga membutuhkan sumbersumber daya. Sebagai hasilnya, sistem informasi akan memberikan manfaatmanfaat yang dapat berupa penghematanpenghematan atau manfaatmanfaat yang baru.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud Paradoks Produktifitas?
1.2.2 Bagaimana mengevaluasi biaya dan manfaat investasi ICT ?
1.2.3 Apa Metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi ICT ?
1.2.4 Apa saja aspek ekonomi dalam ICT ?
1.3  Tujuan Pembahasan
1.3.1 Untuk mengetahui maksud Paradoks Produktifitas.
1.3.2 Untuk mengevaluasi biaya dan manfaat investasi ICT.
1.3.3 Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi ICT.
1.3.4 Untuk mengetahui aspek ekonomi dalam ICT.

BAB II
EKONOMI DAN ICT
2.1 Paradoks Produktifitas
Teknologi Informasi (TI) atau sistem informasi (SI) merupakan suatu teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah informasi yang diharapkan membawa perubahan yang sangat mendasar bagi organisasi baik swasta maupun organisasi publik. Menurut Brown, DeHayes, Hoffer, Martin, dan Perkins (2012), sistem informasi adalah sistem kerja yang terdiri dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber data yang mengumpulkan, menyimpan, menampilkan informasi, dan mendukung satu atau lebih sistem kerja yang lain dalam suatu perusahaan.
Penerapan teknologi informasi yang tepat akan menentukan daya saing dan kemampuan suatu perusahaan sebagai upaya  meningkatkan kinerja bisnis di masa mendatang. Menurut Ward dan Peppard (2002), ada tiga sasaran utama dari upaya penerapan SI/TI dalam suatu organisasi, yaitu memperbaiki efisiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informasi, meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan informasi guna pengambilan keputusan, dan memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penerapan TI cukup besar, serta diperlukan dukungan SDM yang terampil dan terlatih. Permasalahan yang mendasar sebenarnya terletak pada masih banyaknya SDM di Indonesia yang belum aware dengan TI, padahal perusahaan sudah terlanjur mengeluarkan dana yang sangat besar untuk mendirikan infrastruktur TI. Hal inilah yang mengakibatkan mulai muncul isu tentang ‘paradoks produktivitas’ pada TI. Roach (1994) dalam Brynjolfsson & Yan (1996) mengemukakan bahwa permasalahan penerapan TI, yaitu terjadinya paradoks produktivitas, ditambahkan oleh Ward and Peppard (2002) bahwa permasalahan paradoks produktivitas terjadi karena investasi TI masih belum berhasil memberikan manfaat yang diharapkan oleh organisasi. Jadi paradoks produktivitas dapat muncul ketika suatu perusahaan atau organisasi sudah mengeluarkan budget atau investasi besar untuk penerapan TI tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas atau hasil yang diperoleh.
Arti Paradoks Produktivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), ‘paradoks’ merupakan sebuah kata benda yang  berarti pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataanya mengandung kebenaran. Sedangkan ‘produktivitas’ memiliki arti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. Jadi secara harfiah dapat diartikan bahwa paradoks produktivitas adalah suatu fenomena ketidakseimbangan antara besar investasi yang dikeluarkan dengan peningkatan output produk/layanan secara signifikan.
Sebab Munculnya Paradoks Produktivitas:
1. Investasi TI oleh suatu organisasi seringkali tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar.
2. Masih terjadi ketidak-efisienan aktivitas lain yang tidak dapat dikomputerisasikan.
3. Masih diperlukan waktu yang relatif cukup panjang untuk mempelajari dan terbiasa dengan TI hingga mencapai level yang mencukupi guna mendukung produktivitas.
4. Produktivitas dalam layanan TI yang ditunjukkan oleh output layanan dan peningkatan kualitas yang sifatnya intangible memang masih sulit diukur

TI bukan satu-satunya alat yang dengan otomatis dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan atau organisasi, tetapi TI merupakan salah satu  alat yang dapat membantu mempercepat suatu proses. Pernyataan mengenai terjadinya “paradoks produktivitas” pada penerapan TI harus didasarkan kepada data-data yang akurat dan lengkap untuk membuktikan kebenaran bahwa TI dapat mendukung perkembangan perusahaan atau organisasi atau justru menyebabkan kemunduran dalam bidang produktivitas.



2.2  Evaluasi biaya dan manfaat investasi ICT.
Investasi dalam bidang Sistem Informasi(SI)/Teknologi Informasi (TI) seperti halnya investasi proyek lainnya, mengeluarkan biaya/sumber-sumber  daya  untuk mendapatkan manfaat di masa datang. Investasi SI/TI  seringkali dianggap  sebagai suatu biaya yang harus dikeluarkan, tanpa mereka  mengerti  manfaat apa  saja yang akan mereka terima. Sedangkan Investasi terhadap suatu sistem aplikasi  terus dilakukan, karena perusahaan melihat bahwa ada hubungan antar biaya TI dengan performa ekonomi dari perusahaan. Biaya lebih mudah diidentifikasikan  dan dihitung dibandingkan manfaat, khususnya untuk manfaat yang sifatnya tidak  nyata (intangible).
Penerapan teknologi informasi merupakan sebuah investasi yang bukan  bernilai kecil, ada harga yang harus dibayar untuk  mendapatkan  manfaat  dimasa datang. Investasi teknologi informasi yang telah mengeluarkan biaya cukup besar tersebut, yaitu memiliki manfaat yang tidak nyata (intangible benefit) lebih banyak dari pada manfaat yang nyata (tangible benefit).
Bagaimana kita bisa menilai sebuah investasi teknologi informasi  membawa manfaat dan keuntungan bagi sebuah lembaga atau perusahaan.  Apakah penerapan teknologi informasi tersebut efektif dan efisien penggunaannya  dalam manajemen maupun operasionalnya. Apakah penerapan teknologi  informasi tersebut benar-benar membantu proses bisnis inti perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan menjalankan kegiatan bisnisnya  dengan  efektif  dan  efisien tanpa resiko yang dapat menghabiskan sumber daya perusahaan yang cukup besar.
Keuntungan dari pengembangan sistem informasi tidak semuanya mudah diukur secara langsung dengan nilai uang, seperti misalnya keuntungan pelayanan kepada pelanggan yang lebih baik. Keuntungan yang suliit diukur langsung dengan nilai uang ini selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat menafsir efektifitasnya.
Secara umum investasi TI bermanfaat untuk menekan biaya-biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktifitas dan menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik. Investasi TI juga merupakan keputusan yang diambil oleh organisasi untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang nyata dari TI dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu atau mencapai nilai dari apa yang diharapkan.
Efektivitas investasi teknologi informasi adalah mengukur sejauh mana pencapaian tujuan investasi di bidang perangkat keras dan piranti lunak dalam suatu perusahaan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.

2.3 Metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi ICT          
              Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa metode atau teknik untuk mengevaluasi investasi teknologi informasi yang meliputi:
1.      Return on Investmen (RoI)
2.      Cost Benefit Analysis (CBA)
3.      Multi-Objective- Multi-Criteria Methods (MOMC)
4.      Boundary Values
5.      Return-On-Management (ROM)
6.      Information Economics (IE)
7.      Critical Success Factors (CSF)

1.      RETURN ON INVESTMEN (ROI)
RoI (singkatan bahasa Inggris: return on investment) atau RoR (singkatan bahasa Inggris: rate of return) dalam bahasa Indonesia disebut laba atas investasi , adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset, modal, pokok, basis biaya investasi. ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal.
Pendekatan ROI ini terdiri dari sejumlah teknik pendekatan formal. Contoh yang paling sederhana dari ROI adalah payback method dimana dicoba dihitung durasi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi yang telah dialokasikan. Namun sebagian kalangan menganggap pendekatan ini terlampau sederhana. Mereka lebih suka menggunakan metode ROI dimana dicoba diperhitungkan nilai atau value atau manfaat investasi yang akan diperoleh di masa depan dan “memproyeksikan” besaran nilai tersebut pada saat ini (ketika investasi dilakukan). Metode yang paling banyak dipilih adalah dengan menggunakan Internal Rate of Return (IRR) yang biasanya digunakan bersama dengan Net Present Value (NPV).
2.      COST BENEFIT ANALYSIS (CBA)
               Cost-benefit analysis (CBA) (analisis biaya manfaat) menjelaskan keputusan tentang pengeluaran dan penerimaan untuk penyelenggaraan keputusan investasi modal dalam proyek sosial yang menyangkut kepentingan publik akan dilaksanakan dan diteruskan untuk waktu yang akan datang.
CBA biasanya menjadi bahasan dalam analisis investasi akan tetapi prinsip dasar topik ini juga menjadi bagian dari teori ekonomi mikro terutama untuk masalah investasi periode waktu jamak (multiperiod problems of capital investment). Keputusan CBA meliputi arus keluar dana (fund ouflows) dan arus masuk dana (fund inflows) dan bagaimana dana itu dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
Metode CBA adalah pendekatan yang mencoba untuk menentukan atau menghitung nilai dari setiap elemen teknologi informasi yang memiliki kontribusi terhadap biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Pada mulanya, metode ini lahir untuk mengantisipasi banyaknya elemen terkait,seperti manfaat dengan teknologi informasi yang tidak memiliki nilai pasar atau harga yang jelas. Kekuatan utama dari metode ini adalah karena telah berhasilnya manajemen dalam mengkuantifikasikan biaya dan manfaat yang bersifat kualitatif maupun intangible. Sementara kelemahan utama dari metode ini menurut kejadian yang sudah-sudah adalah sering terjadi perselisihan atau perdebatan dalam menentukan teknik yang sesuai dalam mencari value elemen yang nilainya tidak jelas tersebut.
3.      MULTI-OBJECTIVE- MULTI-CRITERIA METHODS (MOMC)
Salah satu variasi dari CBA yang cukup banyak dipergunakan adalah MOMC. Metode ini berkembang berpijak pada kenyataan bahwa di dalam sebuah perusahaan terdapat sejumlah stakeholders yang masing-masing memiliki pandangan berbeda mengenai value dari biaya maupun manfaat dari sejumlah aspek atau elemen teknologi informasi. Dalam kerangka ini, ada ukuran yang dipandang lebih penting dibandingkan dengan nilai uang, yaitu utility.
Setiap proyek teknologi informasi pasti memiliki obyektif yang ingin dicapai, dan tidak jarang ditemui terdapat lebih dari satu obyektif yang menjadi target. Karena setiap stakeholder sebagai pengambil keputusan memiliki pandangan atau perspektif yang berbeda terhadap obyektif tersebut, maka masing-masing pihak berhak untuk melakukan pembobotan (fungsi utilitas) terhadap sejumlah obyektif yang ada (misalnya dilihat dari sisi prioritas atau dampak signifikan dari investasi yang akan dilakukan). Setelah itu barulah nilai value yang telah disetarakan dengan biaya maupun manfaat yang ada dikalikan dengan masing-masing bobot tersebut untuk memperoleh hasil akhir.
Pendekatan ini selain cocok dipergunakan untuk investasi proyek dengan multi obyektif, sangat tepat dipergunakan untuk meredam konflik yang terjadi antara beberapa orang yang tidak sepakat dengan value maupun manfaat dari teknologi informasi yang akan dikembangkan. Kelebihan lain adalah dimungkinkannya pula dipergunakan metode MOMC ini jika ternyata terdapat lebih dari satu jenis proyek investasi dengan ragam obyektif maupun biaya/manfaat terkait. Untuk membantu manajemen dalam melakukan perhitungan ini, banyak sekali dijual di pasaran berbagai jenis perangkat lunak (software) yang dapat dipergunakan

4.      BOUNDARY VALUES
Boundary Values merupakan salah satu cara yang cukup banyak digemari karena kemudahan dan kesederhanaannya. Prinsip yang dipergunakan adalah melakukan komparasi atau perbandingan antara rasio perusahaan dengan rasio rata-rata industri yang diperoleh dengan cara menghitung biaya total yang harus dikeluarkan untuk investasi teknologi informasi dibandingkan dengan sebuah ukuran agregrat tertentu, seperti total pendapatan (revenue) atau total pengeluaran operasional (operating expenses). Jika rasio perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis, maka kenaikan biaya investasi dipertimbangkan sebagai hal yang normal atau seharusnya dilakukan. Sementara jika terjadi sebaliknya, perlu dipertanyakan kelayakan investasi tersebut.
Sering pula dipergu
nakan variasi dari ukuran yang ada, misalnya dengan menggunakan rasio biaya teknologi informasi per karyawan atau perbandingan antara manfaat teknologi informasi dibagi dengan total pengeluaran untuk pengembangan dan pemeliharaan teknologi informasi. Hasil perbandingan rasio ini selain dapat dipergunakan untuk mengevaluasi sebuah investasi, dapat pula diperganakan untuk menilai kinerja efisiensi dari teknologi informasi perusahaan. Jika rasio pengeluaran lebih besar dibandingkan industri, berarti perusahaan dipandang kurang efisien dibandingkan dengan para pesaingnya; sementara jika nilainya lebih kecil, berarti perusahaan memiliki kinerja teknologi informasi yang sukses dan kompetitif.

5.      RETURN ON MANAGEMEN (ROM)
Metode Return on Managemen (RoM) terkait dengan penghitungan nilai manfaat terkait dengan terjadinya perubahan kenaikan tingkat produktivitas manajemen. Cara ini bertujuan untuk melihat dampak implementasi sebuah sistem baru terhadap nilai tambah di kalangan manajemen perusahaan. ROM didefinisikan sebagai hasil perhitungan dari total pendapatan perusahaan dikurangi dengan seluruh biaya dan nilai tambah dari masing-masing sumber daya, termasuk modal (capital) kecuali biaya manajemen dan hal terkait dengan manajemen. Sehingga value dari sebuah sistem baru adalah selisih antara ROM sebelum sistem tersebut diimplementasikan dengan ROM setelah sistem tersebut diimplementasikan.  
Tantangan penggunaan metode ini terletak pada kemampuan memperkirakan proyek pendapatan dan biaya terkait dengannya di kemudian hari seandainya sistem tersebut diimplementasikan. Jika estimasi ini berhasil dilakukan, kinerja metode ROM akan jauh lebih baik dibandingkan dengan metode ex post evaluation lainnya.

6.      INFORMATION ECONOMICS (IE)
Information Economics (IE) dinilai sebagai satu-satunya cara yang paling komprehensif dan dinilai dapat menjawab sejumlah faktor dan karakteristik unik serta berbagai isu dan tantangan yang dihadapi dalam mengevaluasi proyek investasi teknologi informasi. Dalam prakteknya, terlihat bahwa metode ini sebenarnya merupakan varian dari CBA, yang disesuaikan secara khusus untuk menjawab berbagai faktor ketidakpastian (uncertainties) dan intangible yang kerap ditemukan dalam proyek teknologi informasi.
Dalam IE, semua hal yang bersifat kuantitatif dan tangible dapat dengan mudah dikalkulasikan dengan menggunakan metode ROI konvensional. Namun untuk proses-proses yang bersifat intangible dan memiliki unsur resiko, diberlakukan sejumlah teknik dengan menggunakan ranking dan scoring. Hasilnya kemudian dinilai kembali oleh para eksekutif untuk menentukan nilai relatif dari aspek yang bersifat tangible dan intangible. Singkatnya, metode ini bertujuan untuk mengidentifikasikan, mengukur, dan me-ranking dampak ekonomis yang timbul akibat diimplementasikannya sistem baru (perubahan kinerja organisasi).
Metode ini dikatakan merupakan sebuah teknik CBA yang diperluas karena adanya tiga proses tambahan yang diberlakukan, yaitu:
Value Linking – yang membahas dampak konsekuensi dari perubahan utama di berbagai fungsi organisasi akibat diterapkannya sebuah sistem baru;
Value Acceleration - yang mencoba untuk mendefinisikan nilai tambah yang akan dinikmati oleh perusahaan seandainya sistem baru dipergunakan; dan
Job Enrichment - yang menggambarkan hasil evaluasi terhadap nilai tambah lainnya terkait dengan peningkatan kompetensi dan keahlian dari karyawan perusahaan yang diperoleh karena diterapkannya sistem baru.
Secara ringkas, IE bertujuan untuk menjembatani aspek kuantitatif dan kualitatif dari manfaat teknologi informasi, isu tangible dan intangible, hal-hal yang penuh ketidakpastiaan baik secara strategis maupun operasional, dan terutama yang berkaitan dengan resiko yang dihadapi. Kelemahannya adalah bahwa untuk menggunakan metode ini diperlukan keahlian spesifik karena sifatnya yang kompleks dan cukup memakan waktu.

7.      CRITICAL SUCCES FACTOR (CSF)
Critical Succes Factor (CSF) bersifat sangat strategis dan generik, namun diminati oleh para pimpinan perusahaan karena relevansinya terhadap bisnis. Setelah menentukan visi, misi, dan obyektif bisnisnya, biasanya para pimpinan perusahaan berusaha untuk mengidentifikasikan critical success factors atau faktor-faktor apa saja yang dipandang sebagai kunci keberhasilan bisnis perusahaan.
Setelah CSF berhasil didefinisikan, barulah ditelaah satu per satu, apa saja kontribusi teknologi informasi terhadap masing-masing CSF tersebut. Jika kontribusi teknologi informasi sangat besar terhadap pencapaian sebuah CSF, maka seyogiyanya perlu dilakukan investasi terhadapnya. Misalnya salah satu CSF adalah: “pelayanan prima kepada pelanggan di seluruh dunia” dimana investasi untuk membangun sebuah sistem Customer Relationship Management (CRM) menjadi suatu keharusan.

2.4 Aspek Ekonomi dalam ICT
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.
Dalam perekonomian suatu negara, teknologi informasi mulai dirasa mempunyai peran yang penting dalam perekonomian suatu negara karena dengan berkembangnya teknologi informasi, perekonomian suatu negara mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya.
Saat sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, berbagai aplikasi tercipta untuk memfasilitasinya.
Teknologi yang berkembang pesat, baik teknologi informasi, komunikasi, maupun transportasi. Sehingga orang dapat berhubungan melewati batas-batas negara. Lebih lanjut dampak positif teknologi informasi dan komunikasi di bidang ekonomi adalah :

a. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
b. Terjadinya industrialisasi
c. Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
d. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.

Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi.
Di masa depan, dampak perkembangan teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung dan selera individu dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen tidak perlu pergi ke toko.
Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan mengalami perubahan yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang mampu mentransformasikan pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang berubah tersebut.
  
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paradoks produktivitas adalah suatu fenomena ketidakseimbangan antara besar investasi yang dikeluarkan dengan peningkatan output produk/layanan secara signifikan. TI bukan satu-satunya alat yang dengan otomatis dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan atau organisasi, tetapi TI merupakan salah satu  alat yang dapat membantu mempercepat suatu proses. Pernyataan mengenai terjadinya “paradoks produktivitas” pada penerapan TI harus didasarkan kepada data-data yang akurat dan lengkap untuk membuktikan kebenaran bahwa TI dapat mendukung perkembangan perusahaan atau organisasi atau justru menyebabkan kemunduran dalam bidang produktivitas.

Secara umum investasi TI bermanfaat untuk menekan biaya-biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktifitas dan menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik. Investasi TI juga merupakan keputusan yang diambil oleh organisasi untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang nyata dari TI dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu atau mencapai nilai dari apa yang diharapkan.

Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi.


Daftar Pustaka
Indrajit, Eko Richardus. Panduan Investasi pengembangan Teknologi Informasi perusahaan.2004.
HM, Jogiyanto. Analysis dan Disain Sistem Informasi (Pendekatan 
terstruktur). Andi Offset: Yogyakarta. 2005. 
HM, Jogiyanto. Sistem Teknologi Informasi. Andi Offset: Yogyakarta. 2008
http://www.slideshare.net/idrissss/cio3-teknik-evaluasi-investasi-ti

http://www.wikipedia.org